Monday 17 February 2014

"Cinta dan Kontribusi"




Entri kali ini saya buka dengan salah satu quote dari salah seorang humanist (saya sebut humanist, karena beliau tidak terlalu sepakat disebut budayawan) Republik Jancuker, Sujiwo Tejo, di salah satu talkshow buku Ngawur Karena Benar, tentang cinta, yang menurut beliau seharusnya tanpa pengorbanan, dan saya sangat sepakat akan hal itu. Dimana menurut saya, cinta adalah soal memberi, berkontribusi, serta mengabdi.

Saya coba untuk mengelaborasi lebih jauh. Menurut hemat saya, cinta itu soal seberapa besar kontribusi yang kita berikan kepada seseorang atau hal yang kita cintai, atau lebih jauh lagi, dalam hubungan vertikal kita, cinta merupakan penghambaan kepada Yang Maha Kuasa. Cinta kepada Indonesia, misalnya, berarti soal seberapa jauh langkah yang kita tempuh untuk membawa bangsa ini ikut maju, soal perbaikan diri apa saja yang sudah kita lakukan, agar bangsa ini juga perlahan berbenah, dan juga soal prestasi apa saja yang sudah kita sumbangkan, agar Indonesia tetap menjadi bangsa yang bisa dibanggakan.

Cinta Indonesia, bukan cuma ikut rusuh waktu nonton bola mendukung PSSI, bukan cuma gembar-gembor demo sana-sini, tapi soal perbaikan diri sering diingkari, bolos kuliah, kerja masih suka korupsi. Betapa cinta tanpa kontribusi nyata adalah gombal. Hari gini, siapa juga yang masih mau digombali?

Cinta kepada Tuhan, cinta karena Tuhan, lebih rumit lagi, njelimet. Sehingga Emha Ainun Nadjib, seorang cendekiawan menjelaskan dalam ceramah-ceramahnya, cinta kepada Tuhan, berarti menjalankan apa-apa yang diwajibkan kepada  kita, walaupun pada dasarnya, Tuhan-pun tau kita tidak suka untuk menjalankannya. Contohnya, semua orang mungkin sebenarnya lebih memilih tidur pagi daripada harus bangun sholat subuh, lebih memilih makan kenyang daripada harus puasa menahan lapar di siang bolong setiap bulan Ramadhan. Tapi, kalau hamba-hamba Tuhan rela untuk melaksanakan ibadah-ibadah yang sebenarnya tidak nyenengke tadi, sesuai janji-Nya, level atau derajat mereka akan naik dimata Tuhan. Itulah bentuk cinta level tertinggi, bentuk penghambaan.

Lalu gimana cara mengartikan cinta pada anu, cinta pada si itu, karena Tuhan? Cinta karena Tuhan, masih menurut Cak Nun (Panggilan akrab Emha Ainun Nadjib), berarti saat kita menjalani hidup, kita bercinta kasih, berdamai, dengan sesama manusia, juga dengan alam semesta, sehingga Tuhan turut melimpahkan kasih sayang-Nya kepada kita. Terjalin hubungan horizontal-vertikal,  habluminallah habluminannas, yang indah dengan saling mencintai.

Cukup sekian dari saya. Semoga hari hari-hari kita senantiasa diceriakan oleh-Nya.


3 comments:

  1. Ane sih kurang paham dengan cinta , enggak punya pengalaman alias jones :v

    ReplyDelete
  2. yang indah dengan saling mencintai. bener banget! :D

    ReplyDelete
  3. cinta dri dlu membawa luka..

    klu ad wktu kunjungi blog ane ya gan

    http://maszhiday.blogspot.com/

    ReplyDelete

UA-52443094-1